MEDIA BANGGAI-Luwuk. Pernyataan Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Banggai, Andi Djalaludin, mengenai tidak adanya itikad baik dari PT. Donggi Senoro LNG (PT.DSLNG) dan subkontraktornya untuk melakukan perbaikan jalan umum mendapat tanggapan dari pihak PT DSLNG.
Melalui Media Relations Officer PT. DSLNG, Rahmat Azis, Kamis (20/9) kemarin, menyampaikan bahwa pihaknya memahami apa yang menjadi keinginan Kepala Disbimair, sama halnya dengan yang diharapkan semua pihak, termasuk PT DSLNG, agar jalan umum menjadi lebih baik. Namun, ia juga mengharapkan agar Disbimair dapat memahami posisi perusahaan.
Dikatakannya, PT DSLNG yang masih dalam tahapan konstruksi memiliki itikad baik dalam berinvestasi di daerah dan telah mengikuti anjuran untuk memperbaiki jalan rusak sebagai bagian dari kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar proyek. Bahkan, perbaikan jalan yang sudah dilakukan selama ini, telah menghabiskan anggaran mencapai Rp. 1 miliar, adalah bukti dari komitmen perusahaan.
Menurut Rahmat, selama ini PT.DSLNG dianggap sebagai penyebab kerusakan jalan, namun tanpa bermaksud mengelak dari tanggung jawab sebagai perusahaan, hal itu tidak sepenuhnya benar. Karena kendaraan terberat proyek di jalan umum, adalah kendaraan sejenis dengan yang digunakan masyarakat untuk transportasi publik bagi mobilitas karyawan, sedangkan pengangkutan alat, material, atau komponen berat langsung mendarat di area proyek dan sejak Juli 2012 lalu, hanya melalui pelabuhan MOF di lokasi kilang. Pelabuhan Tangkiang, hanya untuk material dengan beban sedang atau untuk pipa tiang pancang pelabuhan, itu pun dengan intensitas yang jarang.
Jadi, kata dia, alat berat yang melalui jalur itu bukan berarti semuanya adalah alat berat milik proyek pembangunan kilang, karena sebelum proyek pembangunan kilang DSLNG dilaksanakan pun, jalanan rusak juga sudah terjadi dan belum pernah ada perusahaan yang bersedia menganggarkan khusus untuk memperbaiki jalan umum. Sehingga sangat disayangkan ketika DSLNG sebagai perusahaan swasta yang telah memperbaikinya dengan biaya yang tidak sedikit, masih dianggap tidak beritikad baik.
Untuk kerusakan jalan, ungkap dia, sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan sekitar proyek, perusahaan telah membantu perbaikan jalan di Kecamatan Batui dan Kecamatan Kintom melalui kontraktor lokal dengan anggaran yang mencapai Rp 1 miliar, bahkan perbaikan jalan di depan Pelabuhan Tangkiang juga menjadi prioritas tahun ini.
“Kami memahami anggapan publik bahwa DSLNG dan kontraktor di bawahnya, adalah perusahaan dengan investasi besar sehingga memiliki tanggung jawab yang besar. Namun, itu untuk membangun kilang yang memang membutuhkan biaya yang besar untuk kemajuan negara. Sebagai perusahaan profesional, tugas kami adalah berinvestasi dengan tanggungjawab diatur dalam Amdal serta tanggung jawab sosial sesuai dengan kemampuan. Nah, dalam hal ini, tugas kami sebagai PT. DSLNG sesuai dengan yang ditunjuk Pemerintah Pusat sebagai pembeli gas adalah membangun kilang LNG untuk dapat memonetisasi cadangan gas yang selama ini hanya bisa jadi kebanggaan daerah, tapi tidak menghasilkan apa-apa menjadi bernilai nyata untuk pembangunan dan perekonomian,” ujarnya. Kehadiran PT. DSLNG, sambung dia, telah dan akan menggeliatkan perekonomian, serta minat investasi di daerah, namun harus disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Pemerintah daerah memfasilitasi untuk kemudahan kepada investor, termasuk infrastruktur jalan, dan tidak membebankan semua hal yang disebabkan menggeliatnya ekonomi masyarakat yang positif kepada investor semata.
Menjelang lebaran Idul Fitri lalu, jelas Rahmat, PT DSLNG menghadiri undangan rapat untuk diminta melakukan perbaikan jalan yang rusak demi kelancaran lalu lintas saat lebaran dan sesudahnya, namun karena waktunya yang hanya empat hari sebelum lebaran, perusahaan tidak dapat menyanggupinya, karena perusahaan harus mengikuti mekanisme yang berlaku di internal perusahaan.Untuk melakukan perbaikkan jalan, membutuhkan waktu, mulai dari melakukan tender dan sebagainya, sehingga diharapkan dapat dipahami. Namun, perbaikan jalan secara darurat telah dilaksanakan subkontraktor di bawah naungan JGCC sebagai kontraktor utama di beberapa titik, antara lain di Desa Lamo, Kecamatan Batui.
“Kehadiran kami bukan hanya untuk kepentingan perusahaan, tapi untuk kemajuan bangsa dan pembangunan di daerah. Kami menghormati semua pihak dan selalu bekerjasama dalam hubungan profesional dengan menjalankan pekerjaan dan tanggung jawab sosial sesuai prosedur. Untuk itu, kami mengharapkan adanya dukungan dan pengertian yang baik dari semua pihak demi kemajuan bersama,” pungkasnya. *aswad
Melalui Media Relations Officer PT. DSLNG, Rahmat Azis, Kamis (20/9) kemarin, menyampaikan bahwa pihaknya memahami apa yang menjadi keinginan Kepala Disbimair, sama halnya dengan yang diharapkan semua pihak, termasuk PT DSLNG, agar jalan umum menjadi lebih baik. Namun, ia juga mengharapkan agar Disbimair dapat memahami posisi perusahaan.
Dikatakannya, PT DSLNG yang masih dalam tahapan konstruksi memiliki itikad baik dalam berinvestasi di daerah dan telah mengikuti anjuran untuk memperbaiki jalan rusak sebagai bagian dari kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar proyek. Bahkan, perbaikan jalan yang sudah dilakukan selama ini, telah menghabiskan anggaran mencapai Rp. 1 miliar, adalah bukti dari komitmen perusahaan.
Menurut Rahmat, selama ini PT.DSLNG dianggap sebagai penyebab kerusakan jalan, namun tanpa bermaksud mengelak dari tanggung jawab sebagai perusahaan, hal itu tidak sepenuhnya benar. Karena kendaraan terberat proyek di jalan umum, adalah kendaraan sejenis dengan yang digunakan masyarakat untuk transportasi publik bagi mobilitas karyawan, sedangkan pengangkutan alat, material, atau komponen berat langsung mendarat di area proyek dan sejak Juli 2012 lalu, hanya melalui pelabuhan MOF di lokasi kilang. Pelabuhan Tangkiang, hanya untuk material dengan beban sedang atau untuk pipa tiang pancang pelabuhan, itu pun dengan intensitas yang jarang.
Jadi, kata dia, alat berat yang melalui jalur itu bukan berarti semuanya adalah alat berat milik proyek pembangunan kilang, karena sebelum proyek pembangunan kilang DSLNG dilaksanakan pun, jalanan rusak juga sudah terjadi dan belum pernah ada perusahaan yang bersedia menganggarkan khusus untuk memperbaiki jalan umum. Sehingga sangat disayangkan ketika DSLNG sebagai perusahaan swasta yang telah memperbaikinya dengan biaya yang tidak sedikit, masih dianggap tidak beritikad baik.
Untuk kerusakan jalan, ungkap dia, sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan sekitar proyek, perusahaan telah membantu perbaikan jalan di Kecamatan Batui dan Kecamatan Kintom melalui kontraktor lokal dengan anggaran yang mencapai Rp 1 miliar, bahkan perbaikan jalan di depan Pelabuhan Tangkiang juga menjadi prioritas tahun ini.
“Kami memahami anggapan publik bahwa DSLNG dan kontraktor di bawahnya, adalah perusahaan dengan investasi besar sehingga memiliki tanggung jawab yang besar. Namun, itu untuk membangun kilang yang memang membutuhkan biaya yang besar untuk kemajuan negara. Sebagai perusahaan profesional, tugas kami adalah berinvestasi dengan tanggungjawab diatur dalam Amdal serta tanggung jawab sosial sesuai dengan kemampuan. Nah, dalam hal ini, tugas kami sebagai PT. DSLNG sesuai dengan yang ditunjuk Pemerintah Pusat sebagai pembeli gas adalah membangun kilang LNG untuk dapat memonetisasi cadangan gas yang selama ini hanya bisa jadi kebanggaan daerah, tapi tidak menghasilkan apa-apa menjadi bernilai nyata untuk pembangunan dan perekonomian,” ujarnya. Kehadiran PT. DSLNG, sambung dia, telah dan akan menggeliatkan perekonomian, serta minat investasi di daerah, namun harus disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Pemerintah daerah memfasilitasi untuk kemudahan kepada investor, termasuk infrastruktur jalan, dan tidak membebankan semua hal yang disebabkan menggeliatnya ekonomi masyarakat yang positif kepada investor semata.
Menjelang lebaran Idul Fitri lalu, jelas Rahmat, PT DSLNG menghadiri undangan rapat untuk diminta melakukan perbaikan jalan yang rusak demi kelancaran lalu lintas saat lebaran dan sesudahnya, namun karena waktunya yang hanya empat hari sebelum lebaran, perusahaan tidak dapat menyanggupinya, karena perusahaan harus mengikuti mekanisme yang berlaku di internal perusahaan.Untuk melakukan perbaikkan jalan, membutuhkan waktu, mulai dari melakukan tender dan sebagainya, sehingga diharapkan dapat dipahami. Namun, perbaikan jalan secara darurat telah dilaksanakan subkontraktor di bawah naungan JGCC sebagai kontraktor utama di beberapa titik, antara lain di Desa Lamo, Kecamatan Batui.
“Kehadiran kami bukan hanya untuk kepentingan perusahaan, tapi untuk kemajuan bangsa dan pembangunan di daerah. Kami menghormati semua pihak dan selalu bekerjasama dalam hubungan profesional dengan menjalankan pekerjaan dan tanggung jawab sosial sesuai prosedur. Untuk itu, kami mengharapkan adanya dukungan dan pengertian yang baik dari semua pihak demi kemajuan bersama,” pungkasnya. *aswad