*Perusahaan Janji Siram Halaman Pelabuhan
MEDIA BANGGAI-Luwuk. Sardin Sidjong, koordinator aksi unjuk rasa yang memprotes dampak lingkungan berupa polusi udara akibat debu di Pelabuhan Luwuk mengatakan, mereka tidak bermaksud menghalang-halangi usaha para buruh untuk mencari. Merekapun kata dia, tidak bermaksud menutup kegiatan Pelabuhan Luwuk.
Namun kata dia, dua perusahaan pengelola peti kemas yakni PT Tanto Intim Lines dan PT Mentari Sejati Perkasa, harus bertanggungjawab dan mencari solusi atas dampak lingkungan berupa munculnya debu yang beterbangan hingga ke pemukiman warga, akibat kegiatan bongkar muat peti kemas.
Hal ini ia tegaskan dalam pertemuan yang berlangsung di ruang kerja Rachman, pejabat Pelabuhan Luwuk, Rabu siang (17/10) kemarin.
Menurut dia, warga bukan melakukan aksi dengan sasaran kegiatan buruh dan pelabuhan, namun untuk menuntut agar perusahaan pengelola peti kemas bertanggungjawab. Tindakan penutupan jalan tegasnya, adalah bentuk protes, sekaligus upaya untuk meminta agar warga dipertemukan dengan dua perusahaan yang menumpuk peti kemasnya di halaman pelabuhan Luwuk.
Suasana memanas, karena saat terjadi perdebatan, Rachman sempat mengusir Sardin. Namun aparat polisi yang mengawasi pertemuan kemudian mencairkan ketegangan tersebut.
Rachman mengatakan bahwa Pelabuhan Luwuk adalah wilayahnya. Terkait dengan tuntutan agar dampak aktifitas kontener tidak menimbulkan debu dipemukiman, Rachman beralasan bahwa hal itu adalah faktor alam. Sementara terkait debu dan kerusakan di jalanan diluar pelabuhan, ia menyatakan hal itu bukan kewenangannya, namun kewenangan instansi lain di Pemda Banggai.
Tak hanya itu, Rachman yang mengaku sudah bertugas 30 tahun di pelabuhan itu, mengatakan selama ini belum pernah menerima keluhan warga terkait debu. “Saya sudah 30 tahun bertugas, dan selama itu hingga detik ini, belum pernah ada warga yang menemui saya dan mengeluh soal debu,” tegasnya.
Solusi akhirnya disampaikan perwakilan PT Tanto, dengan menyatakan siap menyirami halaman pelabuhan hingga kawasan jalan di depan pelabuhan, menggunakan air laut yang disedot dengan alkon.”Saya akan ajak PT Mentari untuk massing-masing beli alkon, sehingga ada dua alkon yang dipakai untuk menyirami halaman pelabuhan sampai di jalan depan rumah bapak-bapak. Airnya nanti dari laut,” tegasnya memberi solusi.
Tak hanya itu, ia berjanji akan memberdayakan warga di kawasan pinggiran pelabuhan yang terkena dampak abu, sebagai tenaga yang akan mengoperasikan penyiraman dengan alkon.
Solusi ini akhirnya diterima warga dan pertemuanpun berakhir. Usai pertemuan, aktifitas para buruh kembali berjalan sebagaimana biasa.*iskandar
Namun kata dia, dua perusahaan pengelola peti kemas yakni PT Tanto Intim Lines dan PT Mentari Sejati Perkasa, harus bertanggungjawab dan mencari solusi atas dampak lingkungan berupa munculnya debu yang beterbangan hingga ke pemukiman warga, akibat kegiatan bongkar muat peti kemas.
Hal ini ia tegaskan dalam pertemuan yang berlangsung di ruang kerja Rachman, pejabat Pelabuhan Luwuk, Rabu siang (17/10) kemarin.
Menurut dia, warga bukan melakukan aksi dengan sasaran kegiatan buruh dan pelabuhan, namun untuk menuntut agar perusahaan pengelola peti kemas bertanggungjawab. Tindakan penutupan jalan tegasnya, adalah bentuk protes, sekaligus upaya untuk meminta agar warga dipertemukan dengan dua perusahaan yang menumpuk peti kemasnya di halaman pelabuhan Luwuk.
Suasana memanas, karena saat terjadi perdebatan, Rachman sempat mengusir Sardin. Namun aparat polisi yang mengawasi pertemuan kemudian mencairkan ketegangan tersebut.
Rachman mengatakan bahwa Pelabuhan Luwuk adalah wilayahnya. Terkait dengan tuntutan agar dampak aktifitas kontener tidak menimbulkan debu dipemukiman, Rachman beralasan bahwa hal itu adalah faktor alam. Sementara terkait debu dan kerusakan di jalanan diluar pelabuhan, ia menyatakan hal itu bukan kewenangannya, namun kewenangan instansi lain di Pemda Banggai.
Tak hanya itu, Rachman yang mengaku sudah bertugas 30 tahun di pelabuhan itu, mengatakan selama ini belum pernah menerima keluhan warga terkait debu. “Saya sudah 30 tahun bertugas, dan selama itu hingga detik ini, belum pernah ada warga yang menemui saya dan mengeluh soal debu,” tegasnya.
Solusi akhirnya disampaikan perwakilan PT Tanto, dengan menyatakan siap menyirami halaman pelabuhan hingga kawasan jalan di depan pelabuhan, menggunakan air laut yang disedot dengan alkon.”Saya akan ajak PT Mentari untuk massing-masing beli alkon, sehingga ada dua alkon yang dipakai untuk menyirami halaman pelabuhan sampai di jalan depan rumah bapak-bapak. Airnya nanti dari laut,” tegasnya memberi solusi.
Tak hanya itu, ia berjanji akan memberdayakan warga di kawasan pinggiran pelabuhan yang terkena dampak abu, sebagai tenaga yang akan mengoperasikan penyiraman dengan alkon.
Solusi ini akhirnya diterima warga dan pertemuanpun berakhir. Usai pertemuan, aktifitas para buruh kembali berjalan sebagaimana biasa.*iskandar