MEDIA BANGGAI-Luwuk.Mendengar kabar Camat Masama, Marto S Djafar dipindahkan oleh Bupati Banggai ke Kecamatan Luwuk Utara, sebagai kecamatan baru mekaran dari Kecamatan Luwuk, membuat para kepala-kepala desa di wilayah itu merasa kehilangan.Melalui Forum Kades, pada kepala desa se Kecamata Masama menyampaikan rasa sedih karena ditinggalkan camatnya. Menurut mereka, apa yang dilakukan Marto Djafar saat menjadi Camat Masama sudah cukup baik dan maksimal. Belum lagi cara Marto membina para kepala kepala desa selama ini yang dinilai sangat cocok dengan keinginan dan kemauan aparatur desa, membuat mutasi yang dilakukan oleh Bupati Sofhian Mile itu menyisakan kesedihan.
“Kami hanya kaget saja mendengar kabar itu. Ya intinya kami sangat merasa kehilangan sosok yang kami anggap sempurna itu,” tutur Ketua Forum Kades Kecamatan Masama, Amrillah.
Kata dia, dari tutur katanya saja, Marto Djafar mampu membuat para aparatur desa bersemangat untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Mereka tak mengetahui bagaimana sosok camat yang akan menggantikan Marto ke depan, apakah bisa menjawab rasa kehilanga masyarakat itu atau tidak. “Kami belm tahu seperti apa sosok camat masama selanjutnya, mudah-mudahan lebih baik dari apa yang sudah ada selama ini,” tandasnya.
Tak hanya para kepala desa, tokoh Masyarakat Adat setempat juga meraskan kesedihan akibat dipindahkannya Marto S Djafar ke Luwuk Utara. Ketua Lembaga Adat Andio di Masama, RAhmat Djalil, mengatakan, rasa sayang dan cinta masyarakat Masama terhadap Marto Djafar kian terasa, setelah mendengar kabar bahwa Marto dipindahkan ke Luwuk Utara, sebuah kecamatan yang baru dimekarkan dan diyakini penuh dengan berbagai keterbatasan.
“Kenapa harus di Luwuk Utara, sebuah kecamatan yang masih baru dan sudah pasti harus merangkak kembali dari awal. Sebagai kecamatan baru, pastilah semua harus ditata dari awal,” tuturnya.
Rahmat mengatakan, ia sangat kecewa karena kebanggaan masyarakat atas sosok Marto, justru hanya diberikan tempat yang secara teknis menyulitkan kerja kerjanya. Rahmat juga menyesalkan keputusan bupati yang menempatkan camat baru di Kecamatan Masama. Harusnya kata dia, Sekcam Masama diangkat menjadi camat setelah ditinggalkan Marto Djafar. “Kalau Sekcam diangkat menjadi camat, mungkin masyarakat akan agak legah, meski ditinggalkan camatnya,” tutur Rahmat. *gafar
“Kami hanya kaget saja mendengar kabar itu. Ya intinya kami sangat merasa kehilangan sosok yang kami anggap sempurna itu,” tutur Ketua Forum Kades Kecamatan Masama, Amrillah.
Kata dia, dari tutur katanya saja, Marto Djafar mampu membuat para aparatur desa bersemangat untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Mereka tak mengetahui bagaimana sosok camat yang akan menggantikan Marto ke depan, apakah bisa menjawab rasa kehilanga masyarakat itu atau tidak. “Kami belm tahu seperti apa sosok camat masama selanjutnya, mudah-mudahan lebih baik dari apa yang sudah ada selama ini,” tandasnya.
Tak hanya para kepala desa, tokoh Masyarakat Adat setempat juga meraskan kesedihan akibat dipindahkannya Marto S Djafar ke Luwuk Utara. Ketua Lembaga Adat Andio di Masama, RAhmat Djalil, mengatakan, rasa sayang dan cinta masyarakat Masama terhadap Marto Djafar kian terasa, setelah mendengar kabar bahwa Marto dipindahkan ke Luwuk Utara, sebuah kecamatan yang baru dimekarkan dan diyakini penuh dengan berbagai keterbatasan.
“Kenapa harus di Luwuk Utara, sebuah kecamatan yang masih baru dan sudah pasti harus merangkak kembali dari awal. Sebagai kecamatan baru, pastilah semua harus ditata dari awal,” tuturnya.
Rahmat mengatakan, ia sangat kecewa karena kebanggaan masyarakat atas sosok Marto, justru hanya diberikan tempat yang secara teknis menyulitkan kerja kerjanya. Rahmat juga menyesalkan keputusan bupati yang menempatkan camat baru di Kecamatan Masama. Harusnya kata dia, Sekcam Masama diangkat menjadi camat setelah ditinggalkan Marto Djafar. “Kalau Sekcam diangkat menjadi camat, mungkin masyarakat akan agak legah, meski ditinggalkan camatnya,” tutur Rahmat. *gafar